Translate

Wednesday, January 9, 2013

TIPS & TRICK SEDERHANA MENAKLUKKAN TURUNAN CURAM DAN PANJANG.


Menaklukkan turunan yang curam dan panjang, seperti yang pernah saya singgung di posting sebelumnya, Tips & Trik Mengemudi / Menyetir Sendiri Mobil Dalam Perjalanan Jauh / Mudik, bukanlah sesuatu yang gampang. Diperlukan sedikit pengetahuan, agar Anda dengan para penumpang dan barang-barang (bila ada) beserta mobil Anda dapat selamat sampai di tempat dengan aman tanpa halangan apapun.

Berbahaya! Turunan curam.
Turunan yang curam dan panjang mudah dijumpai pada daerah-daerah pegunungan, seperti: Puncak Pass di Bogor, Lembang di Bandung, Alas Mrawan di Banyuwangi, Arak-arak di Bondowoso, jalan menuju gunung Bromo, daerah Sarangan di Magetan, daerah Songgoriti di Malang, Alas Roban di Semarang (sebelum tahun 1990 an), dll. Umumnya jalannya sempit, berkelok-kelok tajam, licin dan banyak jurang menganga, yang siap mencaplok siapa dan apa saja yang nyemplung ke dalamnya, kapan saja! Seperti di Arak-arak di Bondowoso, misalnya, terdapat jalan bertepi jurang dengan kedalaman >> 300 meter dengan kemiringan hampir tegak lurus! Mengerikan memang.  Bahkan di daerah-daerah tertentu terdapat turunan curam legendaris yang sudah terkenal saking banyaknya korban yang berjatuhan di sana.



Beberapa hal yang berkaitan dengan cara menaklukkan turunan curam dan panjang, sbb:

1. Tinjauan teoritis, terkait dengan gaya gravitasi bumi.


2 hal teoritis yang sangat berpengaruh dalam mempelajari karakter turunan lintasan / jalan, yaitu:

Kecepatan total = kecepatan awal + akar dari (2 x gravitasi bumi x tinggi max. turunan)
atau:

Vtotal = Vawal + (2.G.Hmax.) ½

 

Usaha = Gaya luncur x Jarak Lintasan
atau:

W = Fluncur x  Slintasan = ½ x m x V2total



Dari 2 formula di atas terlihat, bahwa:

Kecepatan total (Vtotal) mobil tergantung pada kecepatan awal (Vawal) dan tinggi max. turunan (Hmax.). Jadi kecepatan total mobil pada ketinggian yang sama, besarnya akan sama ketika sampai di ujung turunan, meskipun kemiringannya berbeda. Misal yang pertama terjal, yang kedua landai.
Semakin berat kendaraan Anda, maka gaya luncur (Fluncur) yang terjadi semakin besar!

Yang terjadi apabila mobil Anda turun di Lintasan 1, dengan sudut 1 yang lebih terjal:
Kecepatan total mobil di ujung turunan, akan tercapai dalam waktu 1 yang lebih cepat dengan lintasan 1 yang lebih pendek.
Gaya luncur 1 yang bekerja pada mobil, lebih besar pada lintasan 1 yang pendek.
Untuk memperkecil gaya luncur 1, dibutuhkan gaya pengereman yang lebih kuat.

Yang terjadi apabila mobil Anda turun di Lintasan 2, dengan sudut 2 yang lebih landai:
Kecepatan total mobil di ujung turunan, akan tercapai dalam waktu 2 yang lebih lama dengan lintasan 2 yang lebih panjang.
Gaya luncur 2 yang bekerja pada mobil, lebih kecil pada lintasan 2 yang panjang.
Untuk memperkecil gaya luncur 2, dibutuhkan gaya pengereman yang lebih ringan.
Note:  
Usahakan saat berada di puncak turunan terjal, kecepatan mobil dikurangi semaksimal mungkin. Hal ini untuk memperkecil besaran kecepatan totalnya atau V total, sehingga gaya luncur yang terjadi ikut berkurang.
Gaya luncur yang berkurang akan memperingan gaya pengereman dalam usaha untuk menahan laju luncuran mobil.

2. Piranti dan penunjang penghambat laju kendaraan.

Piranti dan penunjang pada mobil yang sangat berperan dalam usaha menaklukkan turunan curam dan panjang, adalah:

Piranti & penunjang penghambat laju kendaraan: Gear box transmission, Braking system & Hand brake.

Sistem transmisi (MT / AT), Dari sistem transmisi akan didapatkan apa yang dinamakan engine brake yang sedikit membantu dalam menghambat laju kendaraan yang sedang bergerak menurun. Engine brake sendiri dapat menghambat laju kendaraan dengan memanfaatkan: momen kelembaman komponen-komponen jeroan mesin dan rugi-rugi gesekan (friction losses), terutama yang terjadi di dalam transmisi, baik MT atau AT.
Sistem rem. Dari sistem rem, akan banyak membantu dalam menghambat laju kendaraan secara signifikan selain agar kendaraan tetap dapat dikendalikan dengan baik.
Sistem Rem tangan. Rem tangan akan sedikit membantu menurunkan kecepatan laju kendaraan. Rem tangan (sebagai senjata terakhir) digunakan terutama bila kondisi yang terjadi sudah mulai genting / membahayakan.
Note:  
Panic brake, adalah kondisi genting, dimana semua piranti penahan laju kendaraan dikerahkan semaksimal mungkin, agar mobil dapat terhenti sesegera mungkin.


Langkah-langkah dalam menaklukkan turunan curam dan panjang, sbb:

Prinsipnya adalah: menahan kecepatan mobil di turunan sampai pada suatu kecepatan dimana Anda masih merasa mampu untuk mengendalikan mobil dengan baik dan aman.

Pada titik tertinggi turunan curam, usahakan kecepatan mobil serendah mungkin, bila perlu hampir berhenti.


Sebelum meluncur turun, masukkan transmisi mulai pada speed 1 (MT) atau L1 (AT), maka saat mobil bergerak menurun, gerakan meluncurnya akan terhambat dengan adanya engine brake, yang ditandai dengan timbulnya raungan mesin.
Bila putaran engine sudah terdengar meraung terlalu kencang / abnormal dengan getaran yang ektrim, maka bantulah dengan menginjak rem secukupnya untuk menurunkan raungannya, agar engine dan transmisi tidak jebol.
Bila ternyata usaha di atas tidak berhasil, dimana raungan engine terdengar masih kencang, maka untuk menurunkan raungannya dengan terpaksa pindahkan transmisi pada speed 2 (MT) atau L2 (AT) diikuti dengan menginjak rem lebih kencang, untuk menahan gerak mobil yang akan meluncur lebih kencang. Injakkan rem yang lebih kencang ini akan menghasilkan panas yang lebih tinggi pada sistem pengereman.
Kondisi di atas adalah sudah mulai masuk kedalam kondisi yang genting dan membahayakan, tapi tetaplah bersikap tenang dan cermati baik-baik posisi injakan pedal rem. Bila injakannya terasa semakin dalam, maka putuskan saat itu juga agar mobil bisa berhenti meluncur dengan panic brake! Yaitu: dengan cara segera memindahkan gigi ke posisi 1 (MT) atau L1 (AT), abaikan raungan mesin yang menggila soalnya yang penting Anda selamat, injak pedal rem sekuat mungkin dan operasikan rem tangan sekuat mungkin plus DO'A mohon keselamatan. Amien.
Note:  
Hindari injakkan rem tambahan saat memasuki tikungan, yang akan menyebabkan mobil melintir / skid.
Usahakan rem tangan dioperasikan hanya pada saat panic brake, bila dioperasikan dari awal saat menuruni jalan, maka panas yang dihasilkan juga akan berpotensi membuat keseluruhan sistem pengereman blong!
Injakan pedal rem yang terasa semakin dalam, berarti ini tandanya sistem rem mulai blong! Sistem rem yang blong disebabkan oleh timbul dan masuknya gelembung udara, dari minyak rem yang mendidih karena panas yang dihasilkan oleh gesekan kampas rem dengan tromol atau cakram, ke dalam sistem pengereman.
Apabila terlambat dan rem mobil Anda sudah terlanjur blong, tetaplah berusaha tenang, sebab pengereman, meskipun daya remnya sudah tidak maksimal, sebenarnya masih bisa dilakukan dengan cara menginjak pedal rem secara berulang-ulang, seperti memompa atau istilah umum dengan cara mengocoknya. Bila daya rem berkurang lagi ,maka ulangi kocokan tsb., demikian seterusnya.

Bila mobil berhasil di hentikan, maka segera ganjal mobil dengan batu / kayu besar yang cukup untuk menahan agar mobil tidak meluncur turun.
Diamkan mobil beberapa waktu agar sistem pengereman (dan hati Anda tentunya) dingin kembali. Hindari mendinginkan sistem rem yang masih panas dengan guyuran air, karena pendinginan yang mendadak dapat merusak tromol / cakram (bisa bengkok / melengkung) dan membuat kampas rem menjadi keras seperti batu kali. Sistem rem yang sudah dingin, akan kembali berfungsi normal seperti sediakala.
Setelah semuanya normal kembali, Anda dapat mengulangi langkah-langkah di atas kembali untuk menaklukkan / menyelesaikan turunan terjal yang harus Anda lalui. GBU!

Baca juga artikel terkait: Tips & Trik Sederhana Menaklukkan Tanjakkan.




Good Luck & Peace!







Thursday, January 3, 2013

TIPS & TRIK SAFETY SYSTEM VS KESELAMATAN BERLALU LINTAS.

Ada teman saya yang sangat berhati-hati dalam mengemudi mobilnya dan selalu berusaha mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, terutama di jalan-jalan Ibukota. Saking berhati-hatinya, jalannya menjadi cenderung pelan-pelan, tetapi anehnya, dia termasuk pemegang rekor dalam mengalami masalah/ kejadian di jalanan, misalnya: diseruduk bis kota, disenggol metro mini, disenggol motor, serempetan dengan mobil lain, dll. Bodi mobilnya yang relatif masih baru, jauh dari mulus! Haha. Koleksi baret, goresan dan bekas gesekan juga penyok atau bekas benturan lainnya, lumayan banyak.
Ini berbeda dengan teman saya lainnya, yang kalau sudah duduk di belakang setir gayanya sudah seperti pembalap internasional jagoan. Gerakan mobinya gesit dan lincah menari-nari di sela-sela lalu lintas Ibukota yang selalu ramai dan padat. Saya sudah merasakan sendiri bagaimana kengerian ketika menumpang mobilnya dengan gaya mengemudinya yang seperti dikejar-kejar setan! Tapi aneh bin ajaib, dia sama sekali tidak pernah mengalami masalah di jalanan. Bodi mobilnya yang relatif masih baru juga, selalu mulus, bebas baret! Alasan dia kenapa bergaya seperti itu, yaitu, agar dia bisa mengemudi dengan konsentrasi penuh, pokoknya no time for love alias tak ada waktu buat ngelamun soal pacar. Haha. Bukan main! Tapi apa dia tidak sadar, kalau disepanjang perjalanan, teman-temannya yang semobil pada senam jantung?

Jadi peribahasa, seperti: “Biar lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar.”, belum tentu bisa menjamin keselamatan di jalan. Kenyataan di lapangan yang didapat kadang-kadang malah; diklakson habis/ dicaci maki/ disumpah-serapahi/ bodi mobil digedor-gedor, sampai yang extreem, sengaja disodok dari belakang, oleh para pengendara lain. Atau seperti yang sering menjadi bahan olok-olok di antara kami, yaitu: “Biar cepat asal selamat, tak lari dikejar mertua?”, Haha, sepertinya juga tidak relevan bisa menjamin keselamatan di jalan, terutama kalau sedang apes? Jadi harus bagaimana dong?

Daripada berputar-putar tidak karuan gak jelas, pada posting kali ini saya ingin membahas tentang sistem keselamatan mobil vs keselamatan berlalu lintas. Siapa tahu bermanfaat, sbb:

Keselamatan dalam berkendaraan, secara garis besar tergantung pada 3 faktor utama, yaitu: lingkungan, kendaraan dan manusia.

Faktor lingkungan.
Kondisi jalan: rusak, sempit, bergelombang, gelap gulita, banyak tikungan tajam, banyak tanjakan atau turunan tajam, kurang rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan, tidak ada pembatas jalan, banyak jurang, rawan longsor, banyak orang / sepeda / becak / gerobak / angkot / sepeda motor berlalu lalang seenaknya, banyak binatang liar menyeberang, dll.
Kondisi cuaca: hujan deras / badai, banjir, angin ribut, kabut, debu, asap tebal, dll.

Faktor kendaraan. Secara khusus akan dibahas pada posting ini.

Faktor manusia.
Kondisi fisik: lelah, mengantuk, badan kurang fit, mabuk, sakau akibat pengaruh narkoba, dll.
Kondisi psikologis: tidak fokus, hilang konsentrasi, stress, panik, galau, merasa jagoan, egoisme di jalanan, kurang percaya diri, kurang familier dan jam terbang dalam hal: kondisi lalu lintas, kendaraan yang dikemudikan, jalan yang dilalui, dll.

Human error memegang prosentase terbesar dalam gagalnya keselamatan dalam berkendaraan, + 70%,
sedangkan sisanya oleh faktor kendaraan, + 20%, dan faktor lingkungan, + 10%.


Dalam bentuk sederhana, dapat dibuat seperti diagram di bawah :



Faktor Kendaraan:

Pada kendaraan, khususnya mobil, secara garis besar terdapat 2 faktor yang sangat menentukan dan berpengaruh terhadap keselamatan lalu lintas, yaitu:
  1. ACTIVE SAFETY, sangat berperan dalam hal mencegah terjadinya kecelakaan.
  2. PASSIVE SAFETY, sangat berperan didalam hal mengurangi akibat-akibat dari kecelakaan.
1. ACTIVE SAFETY, yang meliputi:

Driving safety, merupakan keselamatan yang diperoleh dari kombinasi harmonis antara desain suspensi (wheel suspension dan springing) dengan steering dan braking, sehingga mobil dapat bergerak dinamis secara optimal atau bermanuver secara akurat dan terkendali.
Conditional safety, yaitu: keselamatan dari bahaya stress yang harus ditekan sampai ke tingkat yang serendah mungkin, akibat pengaruh dari getaran, kebisingan, serta kondisi udara di dalam kabin.
Note:
Getaran dengan range frekwensi 1 s/d 25 HZ, berupa hempasan, guncangan, dll. yang terjadi, akan diteruskan roda serta komponen-komponen lainnya ke bodi mobil, kursi-kursi jok dan stir.
Noise / kebisingan, dapat berasal dari internal (mesin, transmisi, shaft, axle, suara knalpot, dll.) dan dari external mobil (gesekan roda dengan jalan, angin, keramaian lalu lintas, dll.).
Kondisi udara kabin sangat dipengaruhi oleh; tekanan, suhu, tingkat kelembaban dan sirkulasi udara di dalamnya.

Perceptibility safety, yaitu: keselamatan yang terkait dengan: pencahayaan lampu mobil, tanda peringatan dengan suara (klakson, alarm, sirine, dll.), keleluasaan pandangan langsung dari kaca depan yang minim penghalang dan tidak langsung melalui kaca spion / kamera (pada mobil-mobil tertentu masa kini).
Operating safety, yaitu: keselamatan yang diperoleh dari kemudahan didalam mengoperasikan kendaraan. Tingkat stress yang rendah pada pengemudi serta tingkat driving safety yang tinggi, harus diikuti dengan desain optimal yang memperhitungkan lingkungan sekeliling dengan kemudahan didalam mengoperaikan kendaraan.

2. PASSIVE SAFETY, yang meliputi:

Exterior Safety.
Adalah keselamatan yang berhubungan dengan desain extrior mobil secara keseluruhan, yang mampu meminimalisir cedera parah bagi orang-orang luar, terutama para: pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor, saat mengalami kecelakaan. 

Faktor-faktor yang menentukan exterior safety, adalah:

Si Ganteng, Chevrolet Camaro SS.
Sifat perubahan bentuk dari bodi kendaraan / Vehicle body deformation behaviour.
Perubahan bentuk bodi kendaraan saat mengalami kecelakaan (penyok / ringsek), menggambarkan besarnya energy tabrakan / energi kinetik, yang dapat diredam oleh bodi mobil.
Bentuk bodi luar kendaraan / Exterior vehicle body shape:
Desain exterior mobil, selain agar penampilan luar mobil menarik, juga dimaksudkan untuk meminimalisir akibat-akibat fatal dari tabrakan terhadap orang-orang luar.
Note:
Cedera paling parah, adalah akibat diseruduk dari bagian depan / moncong mobil, dimana tingkat keparahannya juga tergantung pada ukuran kendaraan. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan besarnya energi tabrakan yang terjadi pada saat kecelakaan berat, yang melibatkan pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor, maka pengaruh dari desain exterior terhadap akibat-akibat dari kecelakaan tsb., menjadi sangat kecil.

Permukaan bodi mobil yang halus / smooth surface, bebas tonjolan-tonjolan extreem, juga merupakan usaha untuk meminimalisir akibat-akibat fatal dari tabrakan terhadap orang-orang luar, meskipun menjadi kurang berarti bila dibandingkan dengan besarnya energi tabrakan yang terjadi pada saat kecelakaan berat.

Tingkat cedera parah yang diderita oleh orang-orang akibat tabrakan dengan mobil, dapat digambarkan, sbb:



Interior Safety.
Adalah keselamatan yang berhubungan dengan desain interior mobil secara keseluruhan, sebagai langkah antisipasi untuk: meminimalisir semua gaya dan akselerasi yang dialami pada para penumpang mobil (termasuk pengemudi) saat kecelakaan, tersedianya ruang yang layak bagi keselamatan penumpang, memastikan masih mampu beroperasinya komponen-komponen kritis mobil (misal: pintu-pintu, safety belt, dll.) pasca kecelakaan, dalam upaya untuk mengevakuasi keluar semua penumpang dari dalam kabin.

Faktor-faktor yang menentukan interior safety, adalah:

Sifat perubahan bentuk bodi kendaraan / Vehicle body deformation behaviour.
Pada tabrakan frontal, energi tabrakan yang terjadi diredam dalam wujud perubahan bentuk dari: bumper, moncong kendaraan dan pada kasus-kasus parah, ruang depan kabin penumpang di area dashboard. 
Keberadaan sumbu roda / axle, roda dan mesin, akan mampu membatasi kedalaman dari perubahan bentuk bagian depan mobil saat terjadi tabrakan. Dengan teredamnya energi tabrakan melalui perubahan bentuk ini, maka semua gaya dan akselerasi yang dialami para penumpang dan kompartemen, menjadi minimal.
Note:
Kerusakan pada ruang penumpang harus diminimalisir terutama meliputi: area dashboard (bergesernya posisi steering system, instrument panel, pedal-pedal, intrusi kaki panel), area bodi bawah (turun atau miringnya kursi-kursi jok) dan struktur samping (dengan masih mampu dibukanya pintu-pintu mobil pasca kecelakaan).
Tabrakan samping / side impact, adalah jenis tabrakan berikutnya yang cukup sering terjadi. Merupakan tempat-tempat yang beresiko tinggi terhadap cedera bagi penumpang, karena terbatasnya kemampuan panel dan kekuatan komponen-komponen secara struktural, didalam meredam energy tabrakan. 
Aplikasi side impact beam pada mobil.
 
Untuk mengatasi kelemahan struktur bodi samping ini, maka pada mobil-mobil masa kini pada bagian dalam struktur pintu-pintu tsb. diperkuat dengan side impact beam yang terbuat dari baja khusus berkekuatan tinggi.
Teknologi crumple zone yang mulai umum diterapkan pada mobil-mobil masa kini, dapat melindungi kabin sehingga tetap utuh, baik saat mengalami tabrakan dari arah depan maupun dari arah belakang.  
Mobil dengan crumple zone bisa diibaratkan seperti pegas yang ditekankan ke penahan. Dengan demikian menghasilkan efek bantalan / cushioning effect yang sekaligus mampu memperlambat waktu berhenti. 
Kabin relatif utuh dengan adanya Crumple Zone.
Ketika mobil menabrak dinding, maka bagian depannya akan berkerut seperti akordion, yang berarti ada penyerapan energi tabrakan dan sedikit meperlambat waktu bagian tengah dan belakang mobil yang terus bergerak. Perlambatan waktu 0.1 detik menjadi 1 detik, akan mengurangi energi tabrakan menjadi 20X lebih kecil.


Roll bar.
Kekuatan kabin penumpang / cabin strength. Kabin yang kuat, akan menyisakan ruang yang cukup untuk keselamatan / survival space bagi para penumpang mobil, selama dan pasca terjadinya tabrakan. misalnya, mobil terguling. Kekuatan kabin ini dilakukan dengan memperkuat struktur atap.
Note:
Pada mobil yang rawan mengalami kecelakaan terguling, seperti pada mobil balap, off road dan rally, maka pada struktur kabin perlu diperkuat lagi dengan roll bar.

Sistem pengendalian badan / restraint system.
Energy tabrakan menyisakan (momen) kelembamam, terutama pada para penumpang yang arahnya berlawanan dengan arah tabrakan. Bila tabrakan terjadi dari arah depan, maka kelembaman penumpang mengarah ke depan dan sebaliknya, bila tabrakan dari arah belakang, maka kelembaman penumpang mengarah ke belakang. Kelembaman yang timbul dari tabrakan yang keras dapat menyebabkan penumpang terbentur benda-benda yang ada di dalam interior (umumnya kaca depan, dashboard dan lingkar stir), bahkan terlontar keluar dari dalam mobil setelah kaca depan hancur akibat tabrakan itu sendiri atau terbentur keras, baik oleh barang-barang maupun kepala dan badan penumpang yang terlontar dari kursi jok.

Keadaan yang sangat membahayakan dan mengancam jiwa penumpang tsb, dapat diatasi atau berkurang resikonya dengan pemakaian sabuk keselamatan / seat belt, aplikasi air bag dan head rest pada kursi-kursi jok.

Seat belt. Perangkat ini berguna untuk menahan badan penumpang agar tidak bergerak ke depan atau terlontar dan tetap berada pada kursi jok. Pada saat tabrakan dari arah depan terjadi, maka resiko badan terlontar keluar atau benturan bagian kepala atau badan ke kaca depan mobil, lingkar stir dan dashboard dapat terhindarkan. Demikian halnya pada saat tabrakan dari arah belakang, selain badan tertahan oleh sandaran punggung kursi jok, juga tertahan dengan adanya seat belt ini.
Note:
Tightener seat belt system.
Tipe Seat belt, yang digunakan pada mobil penumpang, umumnya adalah seat belt tiga titik / three point seat belt, karena alasan praktis dan dari segi cost cukup ekonomis.
Automatic seat belt, adalah seat bealt dengan sistem manual yang paling umum digunakan saat ini. Cara kerjanya: pada saat batasan nilai tertentu dari perlambatan mobil tercapai, misal akibat tabrakan, maka roller dari seat belt akan terkunci secara otomatis oleh bandul mekanis, sehingga gerakan seat belt tertahan.
Seat belt tightener system, adalah hasil perbaikan dan pengembangan dari automatic seat belt dengan tiga titik. Pada seat belt ini, adanya sabuk slack / kendur yang biasa terjadi pada automatic seat belt, akan diatasi dengan adanya sensor elektronik dan mekanisme piston yang akan menggulung roller dengan arah berlawanan, sehingga seat belt benar-benar dapat menahan badan penumpang secara ketat pada saat tabrakan.




Test uji laboratorium SRS Air Bag.
Air bag automatic system. Tujuan penggunaan air bag system, yang umum dikenal sebagai Air Bag SRS (Suplemental Restraint System), adalah sebagai perangkat penting untuk menghilangkan atau mengurangi dampak benturan dari pengemudi mobil pada bagian-bagian interior mobil, khususnya lingkar stir. Umumnya, selain diletakkan di lingkar stir, air bag juga di pasang di dalam dasbor di depan penumpang di sebelah pengemudi.
Head rest.  Pemasangan head rest di atas sandaran kursi-kursi jok ditujukan agar tidak terjadi cedera pada tulang leher, terutama saat mobil ditabrak dari belakang. Kelembamam yang dialami kepala, akan diredam oleh head rest ini.
Impact Area. Dari kejadian kecelakaan dapat dipelajari bagian-bagian/ area mana yang sering mengalami tabrakan dan dari data tersebut dapat diambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya, sbb:

sorry still u/c...