Bagian 1 dari 4.
Jumlah total kendaraan di Indonesia per Juni 2015, diperkirakan sudah mencapai + 80 juta, dimana 35%~40% atau sekitar 30 juta adalah kendaraan roda 4/ lebih (mobil pribadi, pick up, bus & truk), sedangkan sisanya adalah sepeda motor. Jumlah di atas adalah yang terbesar di ASEAN. Jauh di atas Thailand yang berada di posisi kedua dengan jumlah total kendaraan + 30 juta.
Bila ditarik ke tempo dulu, maka sejatinya sejarah permobilan di Indonesia sudah dimulai sejak + 120 tahun yang lalu. Dengan demikian sejarahnya bisa kita telusuri berdasarkan periode/ era yang telah berlaku di sini, yaitu: Era Kolonial Belanda dan Era Pasca Kemerdekaan RI yang akan dibagi lagi dalam 3 orde, yaitu: Old Order, New Order & Reformation Order, sbb:
Era Kolonial Belanda:
Sejarah dibuka dengan kedatangan mobil pertama di pulau Jawa pada 1894, tepatnya di Surakarta atau Solo. Pemiliknya yaitu; Sunan Kraton Surakarta Hadiningrat atau Sri Soesoehoenan Pakoe Boewono X (PB X). Berwujud mobil 4 roda, merk Benz Phaeton 1894, mesin bensin, satu silinder 2.000 cc, daya: 5 hp & harga: 10.000 Gulden (waktu itu). Desainnya masih identik dengan britzka/ andong, dimana ke 4 roda kayunya memakai ban mati, lantai & bodi terbuat dari kayu, tiang-tiang & rangka atap terbuat dari besi dan ditutupi terpal. Mobil ini sanggup mengangkut 8 orang. Pembuatan mobil memakan waktu 1 tahun, agar bisa sesuai dengan permintaan PB X (customized). PB X juga meng-hire 2 orang Jerman sekaligus, yang bertugas sebagai sopir dan mekanik untuk mobil barunya tsb.
Note:
Mobil Benz di atas dipesan melalui John C. Potter yang ditunjuk oleh PB X untuk mengurus semua hal yang terkait, dari proses pembelian, importansi s/d deliveri ke Solo. Mr. Potter adalah orang Inggris yang pernah bekerja sebagai masinis kepala di pabrik gula Oemboel, Probolinggo, selain itu ia juga dikenang sebagai pemilik sepeda motor pertama di Indonesia buatan 1893, yang ia import langsung dari pabriknya, yaitu: Hildebrand und Wulfmuller, Muenchen, Germany.
Jumlah total kendaraan di Indonesia per Juni 2015, diperkirakan sudah mencapai + 80 juta, dimana 35%~40% atau sekitar 30 juta adalah kendaraan roda 4/ lebih (mobil pribadi, pick up, bus & truk), sedangkan sisanya adalah sepeda motor. Jumlah di atas adalah yang terbesar di ASEAN. Jauh di atas Thailand yang berada di posisi kedua dengan jumlah total kendaraan + 30 juta.
Bila ditarik ke tempo dulu, maka sejatinya sejarah permobilan di Indonesia sudah dimulai sejak + 120 tahun yang lalu. Dengan demikian sejarahnya bisa kita telusuri berdasarkan periode/ era yang telah berlaku di sini, yaitu: Era Kolonial Belanda dan Era Pasca Kemerdekaan RI yang akan dibagi lagi dalam 3 orde, yaitu: Old Order, New Order & Reformation Order, sbb:
Era Kolonial Belanda:
Sosok Benz Phaeton 1894 Milik PB X? |
Sepeda Motor Milik John C. Potter 1893 (still Exist in Moseum Surabaya) |
Mobil Benz di atas dipesan melalui John C. Potter yang ditunjuk oleh PB X untuk mengurus semua hal yang terkait, dari proses pembelian, importansi s/d deliveri ke Solo. Mr. Potter adalah orang Inggris yang pernah bekerja sebagai masinis kepala di pabrik gula Oemboel, Probolinggo, selain itu ia juga dikenang sebagai pemilik sepeda motor pertama di Indonesia buatan 1893, yang ia import langsung dari pabriknya, yaitu: Hildebrand und Wulfmuller, Muenchen, Germany.
Mobil pertama kali mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan segera memulai perjalanan darat perdananya dari Surabaya ke Solo via Semarang, yang semuanya berlangsung dengan lancar tanpa pernah mogok sekalipun.
Mobil milik PB X ini juga di klaim sebagai mobil Made in Eropa yang untuk pertama kali diekspor ke luar negeri, dan itu ke Indonesia!
SPBU Tempo Dulu di Surabaya. 1925 |
Keadaan semakin marak dengan diadakannya pameran-pameran mobil disusul berdirinya klub-klub mobil di kota-kota besar di Indonesia saat itu, sehingga tidak usah heran bila pada 1913 tercatat, bahwa jumlah total mobil yang di import ke Indonesia mencapai + 11.000 unit. Terbanyak dari Amerika + 8.150 unit, posisi kedua dari Belanda + 1.350 unit dan sisanya dari Inggris, Perancis, Italia & Jerman. Jumlah di atas di klaim, bahwa pada tahun tsb. jumlah mobil di Indonesia sudah dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mobil yang beredar di negeri kincir angin, Belanda.
Note:
Mobil-mobil dagangan pada era itu rata-rata digenjot oleh 3 jenis sumber penggerak, yaitu: mesin bensin, mesin uap & motor listrik.
Keluarga Belanda di Batavia Dengan Bangga Mejeng Bersama Mobil Kesayangannya, Ford Model T 1909? |
Pedagang/ importir mobil yang tersohor pada era ini adalah:
~ John C. Potter. Selain memiliki reputasi seperti di atas, ia juga ikut membantu H. O' Horne didalam mendirikan N.V. Velodrome.
~ Bowman. Dikenal dekat dengan pentolan Anak Agung/ Bupati Gianyar, Bali. Ia ditunjuk oleh sang Bupati untuk mengurus pembelian & mendatangkan mobil dari Eropa, sehingga Bupati Gianyar saat itu juga dikenang sebagai orang pertama di Bali yang memiliki mobil. Berkat pengalamannya ini akhirnya Bowman terjun berbisnis mobil dengan mendirikan toko yang memajang berbagai jenis mobil dan segera menjadi pesaing kuat bagi John C. Potter.
~ H. Jonkhoff. Seorang pengusaha piano yang kemudian berinvestasi sebagai importir mobil Amerika; Ford, Studebaker dan mobil Eropa: Darraq, Benz, Brasier, Berliet (Germany), Peugeot (Perancis) dan Fiat (Italy).
~ J.A. Berkhamer. Dikenal sebagai pemain bisnis mobil di Batavia sejak 1924.
Perusahaan otomotif yang tersohor pada era ini adalah:
~ N.V. Velodrome. Showroom pertama berdiri di Surabaya & berikutnya di Semarang tahun 1899 (showroom mobil pertama di Semarang) yang menjual & menyewakan mobil gandeng roda 3 merk De Dion Bouton. Tahun 1906 bergabung ke dalam perusahaan, Jan Spijker yang ingin memasarkan mobil merk Spijker dari Belanda.
Gedung ex Prottel & Co. Surabaya. Est. 1910 (still Exist 2015). |
~ Verwey & Lugard. Berdiri di Surabaya tahun 1908. Memilki cabang di Batavia, Medan & Yogyakarta.
~ Spijkerman. Perusahaan importir spesialis mobil ber-merk Spijker yang berpusat di Kesawan Medan.
~ General Motors (GM). Pada 1927 mulai resmi berbisnis di Indonesia, di bawah payung N.V. General Motors Java Handel Maatschappij, dengan produk gacoannya: Chevrolet. Pada 1938, NVGMJHM mendirikan pabrik assembling mobil di Indonesia, tepatnya di Tandjoeng Priok, Jakarta Utara. Pabrik ini dikenang sebagai pabrik mobil pertama di Indonesia dan produk utamanya adalah: Chevrolet. Selain itu perusahaan ini juga menjadi agen tunggal untuk mobil-mobil bermerk; Pontiac, Oldsmobile, Buick, Vauxhall, La Salle, Cadillac & Opel.
~ General Motors (GM). Pada 1927 mulai resmi berbisnis di Indonesia, di bawah payung N.V. General Motors Java Handel Maatschappij, dengan produk gacoannya: Chevrolet. Pada 1938, NVGMJHM mendirikan pabrik assembling mobil di Indonesia, tepatnya di Tandjoeng Priok, Jakarta Utara. Pabrik ini dikenang sebagai pabrik mobil pertama di Indonesia dan produk utamanya adalah: Chevrolet. Selain itu perusahaan ini juga menjadi agen tunggal untuk mobil-mobil bermerk; Pontiac, Oldsmobile, Buick, Vauxhall, La Salle, Cadillac & Opel.
Note:
N.V. adalah singkatan dari Naamloze Vennootschap atau Perseroan Terbatas (PT.).
Keberadaan sarana jalan De Grote Post weg di hampir sepanjang jalur pantai utara pulau Jawa, terbukti sangat menunjang kesuksesan bisnis otomotif ini, yang secara perlahan tapi geremet, segera menyapu bersih semua alat transportasi tradisional primitif bertenaga hewan ternak pelahap rumput (kuda, sapi & kerbau) yang selama ini mendominasi jalur tsb., yaitu: dokar/ delman/ sado/ bendi, britzka/ andong/ ebro, cikar/ pedati/ gerobak sapi, dll. Kasihan deh loe pade, rame-rame pada pangsiun dini..., hiks.
Note:
Sejarah De Grote Post weg: Ketika baru menginjakkan kakinya di Batavia (now, Jakarta) pada Januari 1808, Gouverneur-Generaal Hindia Belanda ke 36, Herman Willem Daendels yang baru dilantik oleh Caesar Napoleon Bonaparte (saat itu Belanda sedang dikuasai Perancis), sudah berniat untuk membangun jalan di hampir sepanjang pantai utara pulau Jawa, yaitu dari Anyer sampai Panarukan dengan total jarak + 1.000 Km. Tujuannya, selain untuk memperlancar komunikasi antar daerah yang dikuasai Belanda juga agar tentara-tentaranya lebih mobile dalam mempertahankan pulau Jawa dari gempuran tentara Inggris.
Jalan tsb. dibangun Daendels secara tangan besi melalui sistem kerja paksa/ rodi terhadap puluhan ribu penduduk asli, sehingga cilukba... jalan sepanjang itu sukses diselesaikan hanya dalam waktu satu tahun. Sungguh sebuah prestasi luar biasa pada masanya, yang membuat nama De Grote Post weg & Daendels mendunia sampai saat ini. Daendels memerintah Hindia Belanda sampai 1811.
Sejarah De Grote Post weg: Ketika baru menginjakkan kakinya di Batavia (now, Jakarta) pada Januari 1808, Gouverneur-Generaal Hindia Belanda ke 36, Herman Willem Daendels yang baru dilantik oleh Caesar Napoleon Bonaparte (saat itu Belanda sedang dikuasai Perancis), sudah berniat untuk membangun jalan di hampir sepanjang pantai utara pulau Jawa, yaitu dari Anyer sampai Panarukan dengan total jarak + 1.000 Km. Tujuannya, selain untuk memperlancar komunikasi antar daerah yang dikuasai Belanda juga agar tentara-tentaranya lebih mobile dalam mempertahankan pulau Jawa dari gempuran tentara Inggris.
Jalan tsb. dibangun Daendels secara tangan besi melalui sistem kerja paksa/ rodi terhadap puluhan ribu penduduk asli, sehingga cilukba... jalan sepanjang itu sukses diselesaikan hanya dalam waktu satu tahun. Sungguh sebuah prestasi luar biasa pada masanya, yang membuat nama De Grote Post weg & Daendels mendunia sampai saat ini. Daendels memerintah Hindia Belanda sampai 1811.
Inilah penampakan beberapa sosok mobil yang bergentayangan tebar pesona pada era ini:
Lorraine-Dietrich 1906, Chevrolet 1911, Ford Model T 1927. |
Spijker 1906, Studebaker 1929, Fiat 1927. |
WOW! Semuanya pada dahsyat, bukan main, amazing, fantastic & ruwaaarrr... biasa!
BONUS...
Berikut rekaman film kuno, tentang ramainya suasana lalu lintas di Surabaya tahun 1929.
Suasana lalu lintas di Aloen-aloen Straat, Soerabaja 1929.
NEXT: Bagian 2, Era Pasca Kemerdekaan RI (Old Order).
NEXT: Bagian 4, Era Pasca Kemerdekaan RI (Reformation Order).
Good Luck & Peace!
No comments:
Post a Comment